topbella

Friday, March 23, 2012

Komitmen

Seberapa banyak orang di dunia ini yang berani berkomitmen? Komitmen yang tulus dari hati atas kesadaran diri?

Mungkin banyak, tapi sepertinya tidak.

Bagi saya pribadi, komitmen merupakan suatu bentuk keberanian untuk mengikat diri pada sesuatu/seseorang yang biasanya melibatkan perasaan tetapi masih berlandaskan logika. Simpelnya, komitmen berarti mau berjanji walau susah menepati. Janji yang suatu hari nanti harus ditepati, walaupun tak banyak yang memngingkarinya di tengah perjalanan.

Manusia diciptakan bersuku-suku dan berpasang-pasangan. Nah, dalam hal berpasangan inilah biasanya komitmen ikut disandingkan. Komitmen untuk sehidup semati adalah hal yang klasik yang biasa disyairkkan. Tapi apakah benar ada komitmen yang demikian?

Menilik dari berbagai kemungkinan, komitmen bisa dikategorikan dalam dua bagian; komitmen ikhlas dan komitmen culas.

Pertama, komitmen ikhlas. Disini maksudnya kedua insan yang memutuskan untuk berkomitmen memang digerakkan oleh “sesuatu” di dalam tubuhnya. Hati. Jika hati sudah memilih, biasanya organ lain akan mendadak tumpul. Proses pemilihan yang dilakukan oleh hati pun sangat random, tidak terdeteksi. Tiba-tiba saja hati menunjukkan bahwa “kamu yang akan menemaniku”. Sesimpel itu. Sesimpel rasa yang tiba-tiba menelusup, dititipkan oleh Yang Maha Mencintai.

Biasanya dalam kasus ini, perjalanan berkomitmen itu tidak mulus. Ada saja rintangan, abstrak maupun nyata. Dan disinilah hati dan isinya diuji. Sanggupkah? Seharusnya sanggup. Bukankah setiap usaha akan berbuah manis nantinya? Anggap saja rintangan itu sebagai simpul penguat komitmen yang sudah dijalani, mudah-mudahan tujuan akhir itu bisa dicapai dengan senyuman.

Dilain pihak, ada segelintir orang yang menerjunkan dirinya dalam komitmen culas. Dan yang berperan disini adalah otak. Otak mengirimkan sinyal-sinyal pertimbangan yang menggiurkan untuk membuat si empunya mau untuk berkomitmen. Komitmen karena harta, karena tahta, dan karena rupa. Tak ada satupun dari hal tersebut yang abadi.

Manusia ini hanya makhluk yang dititipi Allah dengan berbagai nikmat. Jadi ketika nikmat itu yang menjadi acuan, biasanya sifat buruk akan terpancing ke permukaan. Memilih sesuatu berdasarkan nilai dan keuntungan yang sebenarnya sangat jelas bersifat dinamis. Apa yang terjadi kita nilai itu anjlok? Komitmen pun ikut terperosok.

Komitmen. Tidak sesimpel teorinya. Hanya yang masih mempunyai perasaan yang mampu bertahan.

0 komentar:

Post a Comment

About Me

My Photo
Miyoko Hirohata
Banda Aceh, NAD, Indonesia
Imperfection
View my complete profile
 
Ruang Kata© Designed by: Compartidisimo