topbella

Wednesday, August 31, 2011

Ini baru nasehat :)

Seperti biasanya kalau lebaran tiba. aku dan keluargaku tak hanya berkunjung ke rumah sanak family yang masih ngontrak di dunia, tapi kami juga mengunjungi keluarga yang sudah tiada.
Bagaimana caranya ?
Bukan...bukan dengan pintu ajaib.
Bukan juga dengan mesin waktu :p

Sekitar pukul 10.00 kami sekeluarga berziarah ke makam ayah (kakek),mami (nenek) dan cutbang (adik sepupuku) sama seperti tahun tahun sebelumnya. jika tahun lalu aku bisa menghasilkan tulisan berjudul "Belajar dari Alam", maka kali ini kunjunganku kembali menelurkan sebuah tulisan (semacam setahun sekali ya nulisnya -____-).

Jadi gini...
yang namanya kuburan pasti dikelilingi pepohonan, yang namanya pepohonan pasti ada daun yang berguguran, dan yang namanya daun berguguran pasti tidak sedap dipandang mata (iyaa, ribet bahasanya).

jadi gini (lagi)...
Kuburan mami,ayah dan cutbang itu udah mulai ditumbuhi ilalang (entah kenapa tiap sebut kata ini, ingat lagu dangdut :s) dan ditutupi daun2 yang rontok,sehingga harus dibersihkan. Dan sperti tahun kemarin,kami kembali menggunakan jasa untuk membersihkan kuburan tersebut. Bedanya, kali ini yang menawarkan jasa itu bukan anak-anak, tapi remaja umuran akhir belasan tahun atau awal dua puluhan. Lain lubuk lain belalang, lain orang lain pula pelajaran yang bisa aku petik.
Jika tahun kemarin aku diajari cara menyampaikan amanah dan bagaimana harus bersikap adil, kali ini aku diajari masalah "uang dan pahala".

Sembari membersihkan kuburan, ketiga pemuda itu saling berbincang dan bercanda. Aku yang tidak punya kerjaan pun iseng memperhatikan mereka. Salah satu dari mereka memang agak tampak sedikit "kurang bersemangat" dalam menjalankan tugasnya sampai kemudian temannya nyeletuk " kerja yang betol..kerja tu bukan cuma cari duit coy, tapi cari pahala" dan langsung disembur dengan tawa temannya dan senyum manisku :P

Dimana letak pelajarannya ?
Ya dikata2 yang ada coy-nya tadi itu :D
Kalimat yang mungkin bisa menampar wajah siapa saja yang sudah kehilangan esensi dan makna dari pekerjaan.
Sekarang semua orang bekerja untuk mendapatkan uang,
disana bekerja untuk uang, disini pun ikut2an demi uang.
Para pemimpin rumah tangga sudah banyak yang mulai lupa bahwa setiap tetes keringat yang mereka keluarkan dari pori tubuh mereka merupakan ladang pahala...tapi itu jika mereka murni meniatkannya untuk keluarga mereka.
Dan uang yang mereka "gali" itu memang jatah mereka.

Susah rasanya untuk bisa mendapat uang dan pahala dengan sekali dayung, disaat hantaman gelombang ketamakan semakin dahsyat.

Thursday, August 11, 2011

Dewasa atau Hanya Sekedar Tua ?

Masih jelas di kepala bagaimana dulu aku sangat memimpikan untuk cepat-cepat menyelesaikan wajib belajar 9 tahun karena menurutku jadi anak SMA itu enak. Udah bisa jalan-jalan karena udah dianggap 'dewasa', udah bisa mulai ambil keputusan sendiri dan udah keren aja rasanya. Puff..ketika sudah tiba saatnya aku untuk berseragam abu-abu itu, kehidupanku malah tak jauh berbeda dengan yang dulu. Aku masih egois, masih cengeng, masih moody, ya masih childish lah. Bahkan ketika aku menginjak angka "batas suci" kedewasaan pada umumnya yaitu 17 tahun, aku masih belum merasa dewasa.

Waktu itu aku pikir mungkin karena aku masih bergaul dengan lingkungan yang sama, mungkin karena aku masih dibawah lindungan utuh orangtua, atau mungkin memank belum saatnya aku dewasa?
Emosiku masih belum bisa dikontrol, bisa meledak hanya karena hal sepele. Tutur kata dan sikapku pun masih belum "manis" selayaknya orang dewasa menurutku.

Hmm..mungkin aku akan dewasa kalau aku sudah kuliah, kalau aku sudah merantau jauh dari orangtua.Itu keinginan, yang ternyata berbeda jauh dari fakta lapangan.

Setelah setengah hidup mempertahankan niatku untuk kuliah di luar kota Lhoseumawe, aku pun berangkat dengan niat mendewasakan diri.Ah..keren saja rasanya jika nanti aku pulang ke rumah orangtuaku bisa melihat bahwa anaknya sudah dewasa.
Well, tapi itu cuma angan2.
Yang terjadi di tahun pertama malah mengenaskan. Bukannya belajar mandiri, aku malah rutin menelepon orangtuaku untuk mengisahkan betapa aku tidak betah tinggal sendiri. Aku mengeluh tentang lingkungan baru yang membuatku susah beradaptasi. Aku malah menangisi nasib ke-anak-kosan-ku.
Bukan sekali mama menawarkanku untuk pulang saja, sudahi saja semuanya. Tapi emosi dan gengsiku waktu itu sama kuatnya. Aku malu jika aku harus pulang sebagai pecundang. Mereka bilang aku prinsipil,mungkin benar. Karena bagiku lebih baik menahan sakit disini daripada harus pulang yang berarti kalah.

Waktu mengubah segalanya, aku tak lagi secengeng awal kuliah, aku tak lagi sebentar-bentar pulang jika liburan tiba. Pada tahun-tahun terakhir, aku malah sempat tidak pulang selama 4-5 bulan. Rekor bagiku.
Hingga kini, I got it ! Aku mendapatkan titel itu, Ananda Sasnita, S.Pd.I sudah pantas aku tuliskan.

Tapi pertanyaannya, sudahkah aku dewasa ?
Aku masih waras dan sadar untuk menjawab: BELUM.
MAsih seperti tujuh tahun yang lalu, aku dan emosiku belum bisa berdamai. Dan untuk hal yang satu ini, aku gagal. Aku tak bisa menyelesaikan misi perdamaian dengan egoku sendiri.

Aku tidah bertambah dewasa, hanya saja aku bertambah tua :(

Wednesday, August 10, 2011

Aku disini ber-abu !

Dingin
Darah pun membeku
Mata terbelalak tapi tak ada suara yang bisa kugemakan

Hampa
Sepertinya kosong
Lubang menganga menghisap korban nestapa

Hancur
Kepingan luruh diterpa ombak
Wujud pun terubah menjadi buih putih
Yang akhirnya musnah ditelan pekat lara

Menangis tak lagi jadi berguna
Hanya semakin menggoyahkan langkahku

Membuat tengkorang ngilu bergesekan sendi sendi kaku

Paru paruku hanya terisi debu
Hanya bisa merasa pilu

Ketidakjelasan kata
Keabsurdan makna
Kehilangan rupa

Mengubah aku menjadi...raga tanpa nyawa !

Apa itu cinta ?

Jujur, aku tak pandai merangkainya dalam kata...
Ia hanya ada dalam rasa...
Bait bait dibawah ini mungkin akan sedikit menggambarkan apa makna dari cinta...

Cinta itu bukan jurang
Ia hanya jalan yang mengarahkanmu pada tawa atau lara
Pesanku hanya satu, jangan salah mengambil arah !

Cinta itu cuma satu kata,
Ya..seharusnya ia sesimpel satu kata
Tapi tidak,
satu kata itu pernah meruntuhkan kekuasaan jika kau buka sejarah
satu kata itu pernah menggaungkan peperangan
satu kata itu adalah awal dari pembunuhan

Tak perlulah lagu kuceritakan tentang Qabil dan Habil.
Ingatanmu pasti lebih segar

Bukan, aku bukan ingin menakutimu
Hanya saja aku ingin kau mengambil arah yang tepat.

Ia indah
Ia bahagia
asal kau tahu pada siapa kau pantas menitipkannya
siapa yang pantas mendapatkannya.

Untuk seterusnya akan dijaga, selamanya...

Ok, Well . . .

Well, sudah lama waktu berlalu..
Mungkin terlalu banyak yang sudah berubah. Ada yang datang, ada yang pergi. Ada yang sempat hilang, namun akhirnya kembali.

Jika ditanya, apakah yang membuat semuanya berubah ?
Asumsiku, itu adalah WAKTU.

Waktulah yang membuat dulu menjadi kenangan, sekarang menjadi dulu dan nanti akan dihadapi sekarang.
Waktulah yang mengantar kita pada tahap dimana manusia harus disebut DEWASA.
Waktulah yang memaksa kita untuk mengingat hal-hal yang sebenarnya tidak ingin kita lupakan.

Waktu bisa merubah keadaan,
Bahkan bukan tidak mungkin ia bisa merubah seseorang.

Tiada yang salah dengan waktu, hanya saja ketidakmampuanku untuk kembali ke masa lalu yang membuat semuanya menjadi abu-abu.

Ok, cukup sudah aku mengingatmu, waktu...

About Me

My Photo
Miyoko Hirohata
Banda Aceh, NAD, Indonesia
Imperfection
View my complete profile
 
Ruang Kata© Designed by: Compartidisimo