Masih jelas di kepala bagaimana dulu aku sangat memimpikan untuk cepat-cepat menyelesaikan wajib belajar 9 tahun karena menurutku jadi anak SMA itu enak. Udah bisa jalan-jalan karena udah dianggap 'dewasa', udah bisa mulai ambil keputusan sendiri dan udah keren aja rasanya. Puff..ketika sudah tiba saatnya aku untuk berseragam abu-abu itu, kehidupanku malah tak jauh berbeda dengan yang dulu. Aku masih egois, masih cengeng, masih moody, ya masih childish lah. Bahkan ketika aku menginjak angka "batas suci" kedewasaan pada umumnya yaitu 17 tahun, aku masih belum merasa dewasa.
Waktu itu aku pikir mungkin karena aku masih bergaul dengan lingkungan yang sama, mungkin karena aku masih dibawah lindungan utuh orangtua, atau mungkin memank belum saatnya aku dewasa?
Emosiku masih belum bisa dikontrol, bisa meledak hanya karena hal sepele. Tutur kata dan sikapku pun masih belum "manis" selayaknya orang dewasa menurutku.
Hmm..mungkin aku akan dewasa kalau aku sudah kuliah, kalau aku sudah merantau jauh dari orangtua.Itu keinginan, yang ternyata berbeda jauh dari fakta lapangan.
Setelah setengah hidup mempertahankan niatku untuk kuliah di luar kota Lhoseumawe, aku pun berangkat dengan niat mendewasakan diri.Ah..keren saja rasanya jika nanti aku pulang ke rumah orangtuaku bisa melihat bahwa anaknya sudah dewasa.
Well, tapi itu cuma angan2.
Yang terjadi di tahun pertama malah mengenaskan. Bukannya belajar mandiri, aku malah rutin menelepon orangtuaku untuk mengisahkan betapa aku tidak betah tinggal sendiri. Aku mengeluh tentang lingkungan baru yang membuatku susah beradaptasi. Aku malah menangisi nasib ke-anak-kosan-ku.
Bukan sekali mama menawarkanku untuk pulang saja, sudahi saja semuanya. Tapi emosi dan gengsiku waktu itu sama kuatnya. Aku malu jika aku harus pulang sebagai pecundang. Mereka bilang aku prinsipil,mungkin benar. Karena bagiku lebih baik menahan sakit disini daripada harus pulang yang berarti kalah.
Waktu mengubah segalanya, aku tak lagi secengeng awal kuliah, aku tak lagi sebentar-bentar pulang jika liburan tiba. Pada tahun-tahun terakhir, aku malah sempat tidak pulang selama 4-5 bulan. Rekor bagiku.
Hingga kini, I got it ! Aku mendapatkan titel itu, Ananda Sasnita, S.Pd.I sudah pantas aku tuliskan.
Tapi pertanyaannya, sudahkah aku dewasa ?
Aku masih waras dan sadar untuk menjawab: BELUM.
MAsih seperti tujuh tahun yang lalu, aku dan emosiku belum bisa berdamai. Dan untuk hal yang satu ini, aku gagal. Aku tak bisa menyelesaikan misi perdamaian dengan egoku sendiri.
Aku tidah bertambah dewasa, hanya saja aku bertambah tua :(
Thursday, August 11, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment